Meningkatkan Kesejahteraan Subjektif Penderita Penyakit Jantung Melalui Pelatihan Kebersyukuran

Individu yang terdiagnosa penyakit jantung, terutama pada usia muda akan menimbulkan beban psikologis karena harus melakukan pengobatan jangka panjang, bahkan berlangsung seumur hidup dengan berbagai risiko yang menyertai, sehingga akan menurunkan kesejahteraan subjektif bagi penderita. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menguji efektivitas Pelatihan Kebersyukuran terhadap peningkatan kesejahteraan subjektif pada penderita penyakit jantung. Penelitian ini menggunakan desain one group pretest-posttest design with follow up. Pengukuran kesejahteraan subjektif dilakukan dengan menggunakan skala kesejahteraan subjektif, yang terdiri dari SWLS (Satisfaction with Life Scale) dan PANAS (Positive Affect and Negative Affect Scale) versi Bahasa Indonesia. Pelatihan Kebersyukuran diberikan kepada individu yang terdiagnosa penyakit jantung pada usia produktif, yaitu 20-45 tahun (n=5). Subjek penelitian mengikuti Pelatihan Kebersyukuran sebanyak 2 kali pertemuan melalui daring. Analisis yang digunakan pada penelitian ini, yaitu Uji Friedman yang menunjukkan hasil signifikan (χr2=8,4; p<0,05) untuk menganalisis skor kesejahteraan subjektif saat pretest, posttest, dan follow up. Selain itu, menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test yang juga menunjukkan hasil yang signifikan (Z= -2,023; p<0,05) untuk menganalisis perbedaan antara sebelum diberikan Pelatihan Kebersyukuran (M= 46,46) dan setelah diberikan Pelatihan Kebersyukuran (M= 66,00). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Pelatihan Kebersyukuran pada penelitian ini terbukti dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif pada penderita penyakit jantung