PROSES RESILIENSI PADA INDIVIDU YANG MENGALAMI QUARTER LIFE CRISIS

Penelitian ini bertujuan untuk memahami resiliensi pada individu yang
mengalami quarter life crisis. Quarter life crisis merupakan perasaan yang
muncul saat individu mencapai usia pertengahan 20-an tahun, dimana ada
perasaan takut terhadap kelanjutan hidup di masa depan, termasuk urusan relasi,
kehidupan sosial, dan karier. Individu yang mengalami tekanan pada masa quarter
life crisis harus mempunyai kemampuan untuk bertahan dan berkembang secara
positif, kemampuan ini disebut dengan resiliensi. Resiliensi merupakan gambaran
terkait kemampuan individu dalam merespon trauma yang dialami melalui caracara yang sehat dan produktif. Metode wawancara yang digunakan adalah
wawancara semi terstruktur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa resiliensi
partisipan yaitu dengan meregulasi emosi dan mengendalikan impuls melalui
pendekatan religiusitas, menarik napas, menuliskan refleksi pikiran, melakukan
hal yang disenangi, menyakinkan diri, dan berada di lingkungan yang positif.
Partisipan juga berusaha mewujudkan masa depan yang baik, berusaha membantu
orang lain yang membutuhkan bantuan terutama bagi yang memiliki
permasalahan yang hampir sama dengan cara memahami perasaan dan membaca
tanda-tanda psikologis dan emosional orang lain, dan bangkit dari keterpurukan
dengan mengambil nilai yang positif dari kehidupan setelah kemalangan terjadi.
Pengaruh dari resiliensi adalah adanya perasaan lega, nyaman, berkurangnya rasa
cemas, memiliki semangat, menjadi lebih produktif, dapat menerima diri, lebih
optimis dan berempati pada orang lain.