PENYESUAIAN DIRI TERHADAP KONFLIK PERKAWINAN PADA SUAMI ATAU ISTRI BEKERJA

Suami dan istri memiliki cara penyesuaian diri yang berbeda terhadap
konflik perkawinannya. Kebanyakan suami memiliki pola penyesuaian diri yang
lebih bersifat realistis daripada istri yang cenderung menggunakan emosionalnya.
Penelitian ini bertujuan memberi gambaran penyesuaian diri suami atau istri
terhadap konflik yang dialami dalam perkawinannya. Partisipan merupakan suami
atau istri yang bekerja di luar rumah dan memiliki pasangan perkawinan yang juga
bekerja di luar rumah. Penelitian ini mengikutsertakan empat orang partisipan
sebagai subjek penelitian dengan usia perkawinan berkisar 5 – 27 tahun dan usia
kronologis termasuk kategori dewasa (32 – 49 tahun). Metode wawancara bebas
terpimpin dan observasi non partisipan digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian. Hasil penelitian memperlihatkan, sumber konflik yang dirasakan
partisipan penelitian ini berasal dari perbedaan karakter, perbedaan persepsi,
persoalan pekerjaan, persoalan keuangan. Penyesuaian diri yang diperlihatkan
partisipan agar tidak mengarah pada proses perceraian (penyesuaian diri positif)
dilatarbelakangi oleh adanya komunikasi yang berkualitas, kepercayaan terhadap
pasangan, konsep peran, efisiensi mental, stabilitas mental, perubaan pola hidup,
serta kesamaan latar belakang dan nilai dalam menghadapi konflik perkawinan.
Namun ada pula penyesuaian diri partisipan yang bersifat negatif, dilatarbelakangi
oleh komunikasi yang tidak berkualitas, kurangnya stabilitas mental dan kurangnya
efisiensi mental pada diri partisipan. Penyesuaian diri istri didapatkan lebih
melibatkan aspek emosional dalam menghadapi konflik perkawinannya daripada
suami yang menyesuaikan dirinya dengan melibatkan aspek kognitif atau lebih
mengarah pada kenyataan.