Salah satu proses perkawinan di Sumba yaitu kawin tangkap “piti
rambang” mengalami pergeseran. Pergeseran ini menuai pro dan kontra
karena di anggap melanggar hak asasi manusia dari pihak perempuan yang
berujung pada pemkasaan, kekerasan seksual, hingga pemerkosaan.
Fenomena pergeseran tradisi ini serta bukti nyata ketidakadilan yang
dialami perempuan dalam praktik kawin tangkap digambarkan secara
mendalam dalam novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam
karya Dian Purnomo. Tujuan penelitian ini ialah untuk memahami dan
menggali kontruksi makna ketidakadilan terhadap kaum perempuan dan
pergeseran budaya yang merugikan pihak perempuan Sumba dalam novel
“Perempuan Yang Menangis Kepada Bulan Hitam” karya Dian Purnomo.
Penelitian ini menggunakan paradigma interpretatif kontruktivis serta
menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan analisis hermeneutik
mendalam John B Thompson. Pengumpulan data yang digunakan yaitu
dengan menganalis secara mendalam isi narasi novel dan melakukan
wawancara kepada penulis novel dan aktivis perempua Sumba guna
memperdalam konteks sosial-historis. Temuan data dan analisis dalam
narasi novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam menunjukkan
bahwa novel tersebut berhasil memberikan pemahaman mendalam tentang
bagaimana ketidakadilan terhadap perempuan dikonstruksi melalui tradisi,
sekaligus menunjukkan adanya pergeseran budaya yang memberikan
harapan bagi terciptanya masyarakat yang lebih setara. Dengan demikian,
karya novel ini tidak hanya menjadi kritik sosial, tetapi juga menjadi
inspirasi untuk perubahan