KINERJA SAPI POTONG DI DATARAN TINGGI DAN RENDAH DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kinerja sapi potong antara
daerah dataran tinggi dan dataran rendah di Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan September
2007. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah peternak yang memiliki
ternak sapi potong di dua kecamatan yang memiliki topografi dataran tinggi dan
dataran rendah yaitu Kecamatan Cangkringan dan Kecamatan Berbah. Metode yang
digunakan metode survey dengan random sampling. Data yang diperoleh
ditabulasikan dan direrata kemudian dilakukan uji t-test. Dari hasil penelitian
diperoleh rata-rata kinerja produksi (ADG) di dataran tinggi pada fase pedet 0,44 ±
0,06 kg, fase lepas sapih (dara) 0,51 ± 0,06 kg dan fase indukan (dewasa) 0,37 ± 0,10
kg. Sedangkan di dataran rendah adalah fase pedet 0,47 ± 0,09 kg, fase lepas sapih
(dara) 0,55 ± 0,09 kg dan fase indukan (dewasa) 0,28 ± 0,05 kg. Rata-rata kinerja
reproduksi di dataran tinggi dan dataran rendah adalah Umur pertama kawin (UPK)
25,32 ± 1,78 bulan dan 24,79 ± 1,77 bulan, Service per conception (S/C) 1,72 ± 0,55
kali dan 2,12 ± 0,71 kali, Post partum matting (PPM) 4,67 ± 0,78 bulan dan 5,27 ±
0,93 bulan, Umur pertama beranak (UPB) 34,04 ± 2,22 bulan dan 33,85 ± 2,06 bulan,
Umur sapih 6,61 ± 0,76 bulan dan 6,06 ± 0,78 bulan, Calving interval (CI) 15,63 ±
1,76 bulan dan 17,85 ± 1,96 bulan. Jumlah produksi pakan di dataran tinggi , yaitu :
1086,98 ton/ha/tahun dan daya tampung pasture (Carrying capacity pasture)
mencapai 82,79 UT/ha/tahun. Sedangkan jumlah produksi pakan di dataran rendah,
yaitu : 989,35 ton/ha/tahun dan daya tampung pasture (Carrying capacity pasture)
yaitu 77,05 UT/ha/tahun. Dapat disimpulkan bahwa kinerja sapi potong di dataran
tinggi lebih baik dibandingkan kinerja sapi potong di dataran rendah.