Depresi dapat terjadi karena banyak faktor, satu di antaranya karena intensitas penggunaan media sosial. Media sosial yang dipenuhi oleh banyak orang dapat membuat seseorang membandingkan dirinya dengan orang lain. Hal ini, lambat laun, dapat membuat seseorang mengalami depresi jika penggunaannya terlalu lama dan terlalu dalam, atau intensitas penggunaannya tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dengan depresi pada mahasiswa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara intensitas penggunaan media sosial dengan depresi. Semakin tinggi intensitas penggunaan media sosial, maka semakin tinggi pula tingkat depresi mahasiswa. Sebaliknya, semakin rendah intensitas penggunaan media sosial, maka semakin rendah pula tingkat depresimahasiswa. Subjek dalam penelitian ini adalah 152 mahasiswa aktif yang aktif menggunakan sosial media setiap hari. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan teknik purposive sampling sebagai teknik sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala, yaitu Social Networking Time Use Scale (SONTUS) untuk mengukur intensitas penggunaan media sosial dan Beck Depression Inventory-II (BDI-II) untuk mengukur tingkat depresi. Data pada penelitian ini dianalisa menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dengan tingkat depresi pada mahasiswa dengan koefisien korelasi (rxy) sebesar 0.231 dengan p = 0.004 (p < 0.05).