Konflik yang terjadi dalam keluarga dan menyebabkan perceraian menimbulkan dampak negatif pada seluruh anggota keluarga, khususnya kesejahteraan psikologis remaja. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis adalah dukungan sosial yang juga dipengaruhi oleh persepsi stigma sosial. Ketika remaja mempersepsikan stigma sosial secara positif maka remaja akan cenderung tidak peduli dengan stigma yang beredar dan berkembang ditengah masyarakat, namun apabila remaja mempersepsikan stigma secara negatif maka remaja akan cenderung merasa bersalah, menutup diri, tidak memiliki tujuan, dan sulit untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi stigma sosial dengan kesejahteraan psikologis (psychological well-being) pada remaja dari keluarga bercerai. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara persepsi stigma sosial dengan kesejahteraan psikologis pada remaja dari keluarga bercerai. Subjek pada penelitian ini berjumlah 114 subjek, yang merupakan remaja dari keluarga bercerai. Pengambilan data menggunakan skala kesejahteraan psikologis dan skala persepsi stigma sosial. Metode analisis yang digunakan adalah metode korelasi Product moment. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rxy = -0,763 (p < 0,05), hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan negatif antara persepsi stigma sosial dengan kesejahteraan psikologis (psychological well-being) pada remaja dari keluarga bercerai. Dalam penelitian ini diketahui persepsi stigma sosial memberikan sumbangan efektif sebesar 58,2% terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja dari keluarga bercerai. Diharapkan penelitian ini mampu menjadi sumber refensi baru mengenai persepsi stigma sosial dengan kesejahteraan psikologis, serta pentingnya hal tersebut untuk kesejahteraan psikologis seorang remaja dari keluarga bercerai.