Generasi strawberry merupakan istilah yang menggambarkan generasi muda yang
kreatif namun secara mentalitas rapuh. Generasi ini tumbuh dalam perkembangan
teknologi dan internet, sehingga mereka memiliki kreativitas yang tinggi. Istilah
strawberry sendiri dipakai karena generasi ini mirip dengan buah strawberry yang
mudah hancur ketika diberi tekanan. Banyaknya tuntutan tugas dalam tahap
perkembangan transisi remaja ke dewasa awal (Emerging Adulthood) dapat
berpengaruh terhadap kesehatan mental mahasiswa generasi strawberry. Sehingga
dibutuhkan kemampuan ketahanan mental untuk menghindari kesehatan mental
yang buruk yaitu resiliensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya
hubungan antara kebersyukuran dengan resiliensi. Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara kebersyukuran dengan
resiliensi pada mahasiswa generasi strawberry. Subjek dalam penelitian ini adalah
mahasiswa generasi strawberry yang berusia 18-25 tahun. Metode pengumpulan
data menggunakan skala Likert yang terdiri dari Skala Bersyukur Versi Indonesia
dan Skala Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC 25) yang telah teradaptasi
ke dalam Bahasa Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi
product moment dengan bantuan program SPSS.