Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resiliensi pada pasangan beda agama. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 2 orang dengan kriteria melakukan resiliensi pernikahan beda agama, berusia 38-42 tahun, dan di luar partisipan utama melibatkan juga 2 orang informan. Metode penelitian menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara semi struktur dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi yang dilakukan YD sebagai suami yaitu dalam mengatur emosi diperlukan sikap tenang, tidak mudah terpancing, memposisikan sebagai kepala keluarga dalam pengambilan keputusan, mempunyai pendirian kuat sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain, selalu mempertimbangkan dan berpikir jernih sebelum mengambil keputusan, mengatasi masalah dengan tenang dan membiarkan segala sesuatunya mengalir apa adanya tanpa ada yang dibuat-buat, memiliki keyakinan jika YD sebagai kepala keluarga harus kuat dan kokoh supaya rumah tangganya harmonis hingga akhir, serta fokus mencari nafkah sebagai pemborong dan memberi waktu kepada istri untuk belajar agama barunya supaya rumah tangganya harmonis. Pada partisipan PWT sebagai istri resiliensinya yaitu partisipan PWT berpindah keyakinan mengikuti keyakinan suami dan seiring berjalannya waktu pada akhirnya partisipan PWT memilih untuk percaya kepada YD sebagai suaminya supaya rumah tangganya harmonis dan dengan cara tersebut PWT merasa lebih enjoy dan rileks menjalani kehidupan pernikahan beda agama bersama YD.

Kata Kunci: Resiliensi, pasangan, pernikahan beda agama