Resiliensi adalah kemampuan untuk bangkit lagi dari situasi dan kondisi sulit yang dialami dan memandang masalah sebagai sebuah tantangan sehingga harus diselesaikan. Konflik pascareferendum yang terjadi mengakibatkan sebagian dari penduduk asli Timor Timur menjadi pengungsi. Pada umunya korban konflik mengalami kehilangan harta benda, kehilangan rumah, bahkan berpisah dengan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk medeskripsikanproses resiliensi pada individu yang menjadi pengungsi. Partisipan dalam penelitian ini adalah dua orang laki-laki berusia lima puluh tahu keatas dan merupakan penduduk asli Timor Timur yang telah menjadi mantan pengungsi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus melalui wawancara terstruktur secara mendalam dan observasi deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan aspek yang mebangun resiliensi yaitu: regulasi emosi, control implus, analisis penyebab masalah, optimis, empati, efikasi diri dan reaching out. Akan tetapi selain aspek tersebut diketahui ada beberapa faktor yang bersumber dalam diri dan juga lingkungan yang membantu proses resiliensi